Dr. Abdul Athi Muhammad
Salah jika Amerika mempersenjatai Israel yang seharusnya ia harus memberikan sanksi kepada pemerintah Netenyahu karena mundur dari janjinya dalam perundingan langsung dengan otoritas Palestina. Netanyahu sendiri ngotot tidak memperpanjang pembekuan pemukiman yahudi. Ada informasi bahwa pemerintah Obama berniat memberikan rangsangan mendorong pemerintah Israel agar segera mengakhiri konflik dengan pihak Palestina. Rangsangan itu berupa pembekalan senjata canggih sehingga Israel merasa aman dalam menerapkan langkah solusi akhir. Rangsangan menurut Amerika seharusnya menjadikan pemerintah Netanyahu untuk membekukan pemukiman. Namun itu tidak dilakukan. Akhirnya, rangsangan itu hanyak tinggal daftar penekan semata. Akhirnya, AS menjadikannya sebagai sarana tekanan kepada Israel sebelum masuk perundingan lanjutan karena hal itu dianggap menjadi jaminan Israel menyepakati pembekuan pemukiman tiga bulan ke depan. Pembekalan senjata AS kepada Israel menunjukkan pemerintah paman sam itu percaya kepada Israel akan menuju jalan perdamaian di Timteng. Padahal sebenarnya, pemberian senjata dan pembekuan pemukiman itu menegaskan bahwa Obama mundur secara terus menerus dari janji-janjinya kepada pihak terkait terutama Arab dan Palestina. Sebelumnya, AS ketika Obama baru naik pemerintah ngotot agar Israel menghentikan pemukiman yahudi dua tahun lalu. Kemudian mundur dan minta otoritas Palestina berunding tanpa syarat penghentian pemukiman. Ketika urusan semakin meruncing, sementara perundingan tidak beranjak dari tempatnya, AS berjanji kepada Palestina secara lisan akan menekan Israel agar membekukan pemukiman. Dari sana kemudian pihak Arab (prakarsa perdamaian Arab) memberikan tenggang kepada Amerika dan tidak mengumumkan penarikannya dari proses perundingan damai. Agar Obama mengembalikan kredibilitasnya setelah dituding gagal mengatur proses perundingan antara Palestina – Israel, maka AS mampu memperoleh persetujuan dari Netanyahu agar membekukan permukiman selama tiga bulan dengan rangsangan pembekalan senjata canggih (20 pesawat siluman AS) yang belum pernah dipakai pasukan udara Israel senilai 3 milyar dolar.
Dalam proses perundingan mungkin ini dianggap langkah maju karena Netanyahu akan mengikuti syarat memulai perundingan. Dalam dalam pengertian arah politik penilai perundingan, ini justru langkah ke belakang. Obama justru memberikan upah kepada pihak penebar permusuhan untuk menghalangi perundingan.
Ini jelas keberpihakan terang-terangan AS kepada Israel yang dimanja atau AS tidak butuh pembenar ketika membekali Israel dengan senjata. Sebab itu yang dilakukan sejak Israel berdiri tahun 1948 karena faktor yang sudah dipahami dunia Arab.
Ini berarti, keputusan Amerika mempersenjatai Israel sudah pasti AS berpihak memilih kepada pilihan perang dan bukan pilihan damai. Artinya, ia bertindak dengan tindakan yang berlawanan dengan apa yang seharusnya dikerjakan sesuai dengan permintaah timur tengah yakni mewujudkan perdamaian, bukan hanya antara Israel dan Palestina. Jika diangap benar bahwa senjata akan memberikan keamanan bagi yang diberinya yakni Israel, maka pada saat yang sama Israel bisa menggelar perang. Apalagi bagi negara penjajah yang tidak pernah ragu-ragu dalam menggelar perang di kawasan timteng. Apalagi pejabat-pejabat militer Israel belakangan menegaskan dalam banyak kesempatan bahwa suasana tenang saat ini dikawasan adalah suasana yang sudah didahului “angin puyuh” dan bahwa perang pasti akan terjadi bahkan akan lebih mematikan. Mempersenjatai Israel saat ini sama artinya memberikan lampu hijau agar menggelar perang, atau paling gak menyiapkannya.
Pemerintah Obama saat ini seirama dengan perkembangan terbaru di latar politik AS setelah Demokrat kalah mutlak di Kongres dan Republikan kembali menguat yang menolak menekan Israel dan lebih memilih bahasa perang dan kekuatan senjata dengan dukungannya yang kuat kepada Israel. Republikan kini sedang mempersiapkan arena Amerika untuk kepentingannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar