Pembantaian puluhan warga sipil Suriah, termasuk anak-anak, telah memicu badai kemarahan dari umat Islam di seluruh dunia, di tengah seruan untuk tindakan mendesak menghentikan pertumpahan darah yang berkelanjutan di Suriah.
"Mereka penjahat mengabaikan ajaran Islam yang mengagungkan keamanan dan perlindungan kehidupan manusia dan melarang membunuh atau merugikan dari setiap orang yang tidak bersalah," kata Ekmeleddin Ihsanoglu, Sekretaris Jenderal Organisasi Konferensi Islam (OKI), dalam sebuah pernyataan yang diperoleh oleh OnIslam.net.
Lebih dari 100 orang, termasuk puluhan anak-anak, telah dibantai di kota Houla, Sabtu lalu. Video amatir yang diposting di YouTube menunjukkan gambar mengerikan dari anak-anak mati, salah satunya adalah seorang anak yang kepalanya hancur.
"Pembantaian ini menunjukkan bahwa pelaku adalah penjahat berdarah dingin dan tidak memiliki nilai-nilai kemanusiaan, agama atau moral," kata Ihsanoglu.
Houla sebagian besar dihuni oleh Muslim Sunni, sementara banyak desa-desa sekitarnya didominasi oleh Alawi, yang merupakan cabang dari Syiah yang menjadi aparat pemerintahan Assad.
Sebuah video yang didistribusikan oleh aktivis menunjukkan, seorang wanita terluka, yang mengatakan dia selamat dari pembantaian Houla, menyalahkan anggota milisi dari Presiden Bashar Al-Assad dalam pembantaian.
"Mereka memasuki rumah kami. Para pria berseragam menggiring kami seperti domba di dalam ruangan, dan mulai menyemprotkan peluru pada kami," kata wanita itu, berbaring di sebelah wanita lain yang terluka dan di dekat bayi dengan luka di dada, menurut laporan Reuters.
"Ayah saya meninggal dan kakak saya, anak laki-laki satu-satunya ibu saya. Tujuh saudara perempuan tewas."
Ikhwanul Muslimin, kelompok politik yang paling kuat di Mesir juga menyerukan penghentian pembantian rakyat sipil di Suriah.
"Ikhwanul Muslimin menyerukan Arab, aktivis Islam dan pemerintahan internasional dan rakyat dunia untuk melakukan intervensi guna menghentikan pembantaian, terutama setelah kegagalan pasukan internasional dan pemantaua internasional untuk menghentikan mereka," kata juru bicara Mahmoud Ghozlan dalam pernyataan yang dikutip oleh Reuters.
Lebih dari 12.600 orang tewas di Suriah sejak pemberontakan terhadap kekuasaan Assad pecah pada Maret 2011, termasuk hampir 1.500 sejak gencatan senjata yang didukung PBB mulai berlaku pada 12 April.
[muslimdaily.net/oi]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar