"Jelas penyerangan yang dilakukan itu salah. Namun dari kejadian itu harusnya instrospeksi, apakah ada yang keliru sehingga mereka nekat berbuat seperti itu," jelas mantan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), Marsekal (Purn) Chappy Hakim saat ditemui di kantornya, Jl Cipaku, Kebayoran Baru, Jaksel, Rabu (22/9/2010).
..."Jelas penyerangan yang dilakukan itu salah. Namun dari kejadian itu harusnya instrospeksi, apakah ada yang keliru sehingga mereka nekat berbuat seperti itu,"...
Dia menduga, para pelaku teror itu memiliki dendam sehingga semakin berbuat nekat dan brutal. Apalagi teman-temannya pelaku teror itu yang tewas dibunuh. "Menjadi pertanyaan juga, kenapa teroris itu langsung dibunuh. Kenapa tidak bisa ditangkap hidup? Itu dikhawatirkan bisa membuat dendam," terangnya.
Menurutnya juga, jangan sampai noda masa lalu, misalnya dahulu zaman 1960-an, kepada yang berstigma PKI langsung dibunuh, yang kemudian justru menghasilkan dendam. Demikian pula dengan kasus teroris, bagi siapa yang dicap teroris akan langsung dibunuh.
"Polisi harus instrospeksi kenapa ini terjadi, kenapa orang-orang ini menembak. Mungkin dengan kekuatan superior orang menjadi melakukan perlawanan. Polisi harus ada sentuhan humanis, jangan yang dar der dor yang dipublikasikan," tutupnya.
Upaya Balas Dendam Atas Kekejaman Polri
Menurutnya juga, jangan sampai noda masa lalu, misalnya dahulu zaman 1960-an, kepada yang berstigma PKI langsung dibunuh, yang kemudian justru menghasilkan dendam. Demikian pula dengan kasus teroris, bagi siapa yang dicap teroris akan langsung dibunuh.
"Polisi harus instrospeksi kenapa ini terjadi, kenapa orang-orang ini menembak. Mungkin dengan kekuatan superior orang menjadi melakukan perlawanan. Polisi harus ada sentuhan humanis, jangan yang dar der dor yang dipublikasikan," tutupnya.
Upaya Balas Dendam Atas Kekejaman Polri
Sementara itu pengamat menilai bahwa serangan massa bersenjata dini hari itu merupakan balas dendam atas kearoganan dan kekejaman Polisi selama ini. Penyerangan ini adalah bentuk eksitensi karena kondisi mereka sudah terdesak. "Mereka terpojok, terus frontal karena terdesak sehingga menyerang," ujar pengamat terorisme Mardigu WP, Rabu (22/9/2010).
..."Mereka terpojok, terus frontal karena terdesak sehingga menyerang," ujar pengamat terorisme Mardigu WP, Rabu (22/9/2010)...
Mardigu menjelaskan para teroris tersebut melakukan aksi bertahan karena ruang lingkup mereka semakin sempit untuk bergerak. "Ini bentuk upaya defense. Mereka terdesak marah, nggak ada support makanan dan mereka juga buron," imbuhnya.
Menurut Mardigu penyerangan teroris kepada kantor polisi bukan pertama kali terjadi. Namun biasanya tujuan mereka menyerang adalah mengambil senjata atau membebaskan rekan mereka yang ditahan. "Di Ambon dan di Poso sering terjadi penyerangan ke kantor polisi. Jadi ini bukan pertama kalinya," tambahnya.
Mardigu belum bisa menduga aksi penyerangan ini dilakukan oleh kelompok teroris yang dipimpin oleh siapa. "Itu yang belum kita dapat datanya. Tapi kalau dilihat dari aksi penyerangannya, orang-orang ini pernah berlatih di Aceh, Ambon dan Poso," jelasnya.
Bisa dibilang ini upaya balas dendam dari teroris karena rekannya banyak ditangkap? "Bisa dibilang begitu," tutupnya.
Menurut Mardigu penyerangan teroris kepada kantor polisi bukan pertama kali terjadi. Namun biasanya tujuan mereka menyerang adalah mengambil senjata atau membebaskan rekan mereka yang ditahan. "Di Ambon dan di Poso sering terjadi penyerangan ke kantor polisi. Jadi ini bukan pertama kalinya," tambahnya.
Mardigu belum bisa menduga aksi penyerangan ini dilakukan oleh kelompok teroris yang dipimpin oleh siapa. "Itu yang belum kita dapat datanya. Tapi kalau dilihat dari aksi penyerangannya, orang-orang ini pernah berlatih di Aceh, Ambon dan Poso," jelasnya.
Bisa dibilang ini upaya balas dendam dari teroris karena rekannya banyak ditangkap? "Bisa dibilang begitu," tutupnya.
Intelijen Polri Lemah dan Kurang Tajam
Polri menduga pelaku penyerbuan Markas Polsek Hamparan Perak, Deli Serdang, Sumut, terkait dengan penangkapan tersangka teroris oleh Densus 88 hari Minggu lalu. Jika benar pelakunya teroris, maka intelijen Polri dinilai lemah.
..."Kalau benar itu teroris yang melakukan 'pembalasan', operasi intelinjennya lemah,...
"Kalau benar itu teroris yang melakukan 'pembalasan', operasi intelinjennya lemah," kata Wakil Ketua Komisi I (pertahanan), TB Hasanuddin, Rabu (22/9/2010). "Operasi intelijen kita kurang tajam, tidak mampu melempuhkan mereka sebelum mereka bergerak," imbuhnya.
Punawirawan TNI berpangkat terakhir mayor jenderal ini mengatakan, seharusnya setelah menangkap sejumlah tersangka teroris, Polri mendalami semua informasi dari mereka.
"Informasi harus dieksploitasi dulu, di mana kegiatan berpusat, dari mana senjata mereka didapat. Baru dilakukan operasi pembersihan," kata politisi PDIP ini. "Jangan belum menangkap semuanya, ini sudah mendapat serangan balasan," tutup mantan sekretaris militer era Megawati dan SBY ini. So...Pak Polisi Tobat Dunk!!
Punawirawan TNI berpangkat terakhir mayor jenderal ini mengatakan, seharusnya setelah menangkap sejumlah tersangka teroris, Polri mendalami semua informasi dari mereka.
"Informasi harus dieksploitasi dulu, di mana kegiatan berpusat, dari mana senjata mereka didapat. Baru dilakukan operasi pembersihan," kata politisi PDIP ini. "Jangan belum menangkap semuanya, ini sudah mendapat serangan balasan," tutup mantan sekretaris militer era Megawati dan SBY ini. So...Pak Polisi Tobat Dunk!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar