Gedung Putih berusaha mempertahankan 8.500 hingga 10.000 salibis yang akan ditugaskan di Irak hingga tahun 2012, Associated Press melaporkan pada Selasa (5/7/2011), mengutip pernyataan pejabat AS.
Meski demikian, untuk menghindari agenda utamanya, juru bicara Gedung Putih, Jay Carney, kembali mengklaim bahwa AS sebenarnya ingin melakukan penarikan semua pasukan AS pada akhir tahun ini, namun penarikan itu hanya akan dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi di Irak.
“Kami telah mengatakan untuk waktu yang lama jika pemerintah Irak meminta kami untuk bertahan, maka kami akan mempertimbangkan,” kata Carney pada wartawan di Washington.
Sementara itu, mayoritas anggota Senat mengatakan AS tidak perlu memperpanjang kehadiran militernya setelah 2011.
Berbicara kepada Press TV, Menteri Sains dan Teknologi, Irak Abdul Karim al-Samarrai, mengatakan baru-baru bahwa “rakyat Irak telah menyatakan keraguan mengenai niat AS di Irak.”
AS menginvasi Irak pada tahun 2003 dengan dalih menghancurkan senjata pemusnah massal (WMD) milik mantan pemimpin diktator Saddam Hussein.
Namun, kemudian ditemukan bahwa negara itu tidak memiliki senjata itu. AS dan Inggris, yang memimpin invasi, sadar tentang tidak adanya senjata tersebut di Irak, tapi mereka terus mengambil tindakan militer untuk menyerang negara yang kaya akan minyak itu.
Lebih dari satu juta warga Irak telah tewas sebagai akibat penjajahan AS, menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Bisnis Opinion Research (ORB). (Arrahmah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar