Kekhawatiran ini diungkapkan oleh beberapa pejabat tinggi pada Sabtu (28/5/2011).
AS masih berusaha untuk melobi sekutunya dari Eropa dan negara-negara Teluk untuk menekan presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh, agar segera menandatangani kesepakatan untuk menyerahkan kekuasaan.
“Kami sangat cemas bahwa situasi yang tidak stabil di Yaman akan membawa permusuhan antarsuku yang berkepanjangan, yang mempersulit kami dalam menjalani proses kesepakatan untuk mentransfer kekuasaan,” ungkap sumber.
“Suku-suku itu seperti elemen ekstrimis yang berusaha untuk menciptakan instabilitas dalam rangka memenuhi kepentingan mereka,” lanjutnya.
Sementara dukungan AS untuk Saleh semakin terkikis, Washington saat ini juga mengklaim bahwa pihaknya merasa was-was terhadap klan yang kuat dan royal, Amhar, dan menyatakan bahwa kondisi yang ada di Yaman saat ini tidak akan pernah mampu mempercepat reformasi, tetapi sebaliknya. (Arrahmah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar