“Perbatasan Israel dan Palestina harus berdasarkan atas garis-garis 1967 dengan pertukaran wilayah yang disepakati secara timbal-balik, sehingga batas-batas yang aman dan diakui bisa terbentuk bagi kedua negara,” kata Obama dalam sebuah pidato utama mengenai Timur Tengah.
Setelah pidato penting Obama itu, Presiden Palestina Mahmud Abbas segera mengadakan pertemuan “darurat” para pemimpin Palestina, kata seorang pejabat tinggi Palestina, Kamis (19/5).
“Presiden Abbas memutuskan memanggil para pemimpin Palestina untuk melakukan pertemuan darurat secepat mungkin dan berunding dengan saudara-saudara Arab kami mengenai pidato Presiden AS Barack Obama,” kata perunding utama Palestina Saeb Erekat kepada wartawan.
Sementara itu, Israel menolak seruan pemimpin AS itu dan mendesak Washington mengukuhkan surat 2004 yang dibuat Bush. Hal tersebut disampaikan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari yang sama sesaat setelah Obama menyampaikan pidato penting mengenai kebijakan Timur Tengah.
Dalam sebuah pernyataan tersebut, kantor Netanyahu meminta Washington mengukuhkan “jaminan” yang diberikan kepada Israel oleh mantan Presiden George Bush pada 2004.
Dalam situs Antara, disebutkan komitmen-komitmen tersebut antara lain Israel tidak akan menarik diri ke garis-garis batas 1967, yang tidak bisa dipertahankan dan akan membuat pusat-pusat penduduk utama Israel di Judea dan Samaria (Tepi Barat) berada di luar garis-garis tersebut.
Surat Bush itu mengakui “realita baru di lapangan” dan mengatakan, penarikan penuh Israel ke perbatasan 1967 adalah “tidak realistis”. (Arrahmah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar