Pada gilirannya, polisi mengatakan bahwa kelimanya terkait dengan Al Qaeda dan meninggal bukan karena eksekusi berdarah dingin oleh polisi boneka Pakistan melainkan karena sebuah ledakan yang disebabkan oleh korban sendiri.
Reuters menunjukkann :
Dua pejabat dari regu penjinak bom mencari jenazah setelah penembakan terjadi, setelah itu mereka mengatakan kepada Reuters bahwa mereka tidak menemukan bahan peledak yang diikat ke tubuh warga Chechnya yang menjadi korban.
“Mereka tidak bersenjata dan tidak memiliki jaket martir atau bahan peledak bersama dengan mereka,” ujar salah satu petugas penjinak bom.
“Lima yang masih berlaku dan dua paspor kadaluarsa Rusia ditemukan dalam tas tangan perempuan di antara korban,” tambahnya.
Pada gilirannya, agen berita India, Press Trust melaporkan :
Kelima warga Chechnya berada di kaki polisi ketika mereka ditembak mati dan harian Dawn mengutip saksi mata mengatakan bahwa orang-orang Chechnya sebenarnya sudah turun dari mobil dan mengangkat tangan mereka ketika mereka ditembak mati.
Versi lain muncul telah menempatkan kepolisian Pakistan dalam posisi sulit dan memaksa mereka untuk meluncurkan drama baru ke dalam insiden tersebut.
Polisi telah membentuk tim investigasi yang berbeda di bawah pengawasan dari Superintendents Police (SP) untuk menyelidiki insiden itu.
Seorang pejabat senior polisi mengakui bahwa sementara 52 detonator berada dalam botol shampo yang disita terpisah, mereka diambil dari kendaraan di mana tersangka telah turun.
Mereka juga mengarang cerita seperti yang dilaporkan agen berita India bahwa kelima korban memiliki dua lebih “antek” yang melarikan diri dari adegan ketika peristiwa itu terjadi. Perburuan terhadap keduanya telah diluncurkan.
Tak jauh berbeda dengan majikan mereka (Amerika Serikat-red), polisi Pakistan pun membuat berbagai versi untuk membenarkan tindakan kriminal mereka, membunuh warga sipil tak bersenjata dengan semena-mena. (Arrahmah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar