Para pejabat di Washington dikutip oleh laporan media AS mengkonfirmasikan bahwa Raymond Davis, warga Amerika yang ditahan di sebuah penjara di kota Lahore, bekerja untuk CIA.
Washington mendorong agar pihak berwenang Pakistan membebaskan Davis, dengan alasan bahwa ia memiliki kekebalan diplomatik dan mengklaim bahwa Davis telah bertindak membela diri dengan menembak dua orang di Lahore hampir empat minggu yang lalu.
Kementerian luar negeri Pakistan sejauh ini menolak untuk menentukan status diplomatik Davis dan pengadilan Lahore pekan lalu pun memberi pemerintah tiga minggu untuk memutuskannya.
Oposisi dan kerabat dari korban mengatakan sudah waktunya bagi pemerintah untuk menindak Davis yang sudah diketahui bahwa ia juga bekerja untuk Xe, sebuah perusahaan keamanan AS sebelumnya dikenal sebagai Blackwater.
"Davis tidak pantas dimaafkan ... Kami tahu dari hari itu bahwa dia bekerja untuk CIA dan Blackwater," kata Mohammad Waseem, saudara dari Muhammad Faheem almarhum.
"Orang-orang seperti Davis memiliki peran dalam kegiatan terorisme di Pakistan. Dia harus diadili dan dihukum mati."
New York Times pada hari Senin (22/2) melaporkan bahwa Davis merupakan bagian dari operasi CIA dalam melaksanakan operasi pelacakan ekstremis Islam di Pakistan timur.
Surat kabar itu mengatakan dia "bekerja selama bertahun-tahun sebagai kontraktor CIA, termasuk saat masih bekerja di Blackwater Worldwide".
Polisi Pakistan mengatakan bahwa setelah penembakan pada tanggal 27 Januari mereka menemukan sebuah pistol Glock, empat majalah, sistem navigasi GPS, dan sebuah teleskop kecil dari mobil Davis.
Warga Pakistan ketiga dibunuh dibunuh oleh sebuah kendaraan diplomatik AS yang datang untuk membantu Davis. Para pejabat AS menolak mengetahui kepemilikan atas kendaraan tersebut.
Sementara itu, Wall Street Journal mengutip pejabat AS yang menyangkal bahwa Davis terlibat langsung dalam spionase CIA atau operasi pesawat mata-mata, yang telah menewaskan ratusan orang di Pakistan barat laut, dekat perbatasan Afghanistan.
Kasus ini mempersulit hubungan dengan Amerika Serikat, yang telah tegang oleh ketidakpercayaan atas perang pimpinan Amerika melawan Taliban di Afghanistan.
Perdana Menteri Pakistan, Yousuf Raza Gilani, pada hari Senin (21/2) mengatakan kepada parlemen bahwa kedua pemerintah tidak akan membiarkan kasus Davis melemahkan "kemitraan mereka yang saling menguntungkan".
Senator AS, John Kerry, mengunjungi Pakistan minggu lalu untuk menyatakan penyesalan dan meminta Davis dibebaskan oleh Pakistan dan Davis akan akan menghadapi penyelidikan atas tindakan kriminalnya di Washington. Sumber : Arrahmah.com
Washington mendorong agar pihak berwenang Pakistan membebaskan Davis, dengan alasan bahwa ia memiliki kekebalan diplomatik dan mengklaim bahwa Davis telah bertindak membela diri dengan menembak dua orang di Lahore hampir empat minggu yang lalu.
Kementerian luar negeri Pakistan sejauh ini menolak untuk menentukan status diplomatik Davis dan pengadilan Lahore pekan lalu pun memberi pemerintah tiga minggu untuk memutuskannya.
Oposisi dan kerabat dari korban mengatakan sudah waktunya bagi pemerintah untuk menindak Davis yang sudah diketahui bahwa ia juga bekerja untuk Xe, sebuah perusahaan keamanan AS sebelumnya dikenal sebagai Blackwater.
"Davis tidak pantas dimaafkan ... Kami tahu dari hari itu bahwa dia bekerja untuk CIA dan Blackwater," kata Mohammad Waseem, saudara dari Muhammad Faheem almarhum.
"Orang-orang seperti Davis memiliki peran dalam kegiatan terorisme di Pakistan. Dia harus diadili dan dihukum mati."
New York Times pada hari Senin (22/2) melaporkan bahwa Davis merupakan bagian dari operasi CIA dalam melaksanakan operasi pelacakan ekstremis Islam di Pakistan timur.
Surat kabar itu mengatakan dia "bekerja selama bertahun-tahun sebagai kontraktor CIA, termasuk saat masih bekerja di Blackwater Worldwide".
Polisi Pakistan mengatakan bahwa setelah penembakan pada tanggal 27 Januari mereka menemukan sebuah pistol Glock, empat majalah, sistem navigasi GPS, dan sebuah teleskop kecil dari mobil Davis.
Warga Pakistan ketiga dibunuh dibunuh oleh sebuah kendaraan diplomatik AS yang datang untuk membantu Davis. Para pejabat AS menolak mengetahui kepemilikan atas kendaraan tersebut.
Sementara itu, Wall Street Journal mengutip pejabat AS yang menyangkal bahwa Davis terlibat langsung dalam spionase CIA atau operasi pesawat mata-mata, yang telah menewaskan ratusan orang di Pakistan barat laut, dekat perbatasan Afghanistan.
Kasus ini mempersulit hubungan dengan Amerika Serikat, yang telah tegang oleh ketidakpercayaan atas perang pimpinan Amerika melawan Taliban di Afghanistan.
Perdana Menteri Pakistan, Yousuf Raza Gilani, pada hari Senin (21/2) mengatakan kepada parlemen bahwa kedua pemerintah tidak akan membiarkan kasus Davis melemahkan "kemitraan mereka yang saling menguntungkan".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar