Bagaimana Citra ISAF di Afghanistan? Bisa langsung dibilang, sebenarnya pasukan koalisi internasional ini tidak memiliki citra apapun di Afghanistan.
Afghanistan merupakan sebuah negara multi etnis. Di wilayah selatan bermukim kaum Pashtun, yang merupakan etnis terbesar di Afghanistan, yang juga merupakan akar dari Taliban. Sejak kedatangan pasukan internasional, warga Pashtunlah yang paling menderita akibat kekerasan yang terjadi di tanah air mereka.
Baru baru ini ISAF melancarkan Operasi Militer Moshtarak. Operasi ini merupakan aksi offensif militer terbesar yang pernah digelar ISAF sejak Taliban terguling delapan tahun lalu.
Seorang warga Pashtun, Abdul Wali, beberapa hari lalu harus melarikan diri bersama keluarganya, berlindung dari serangan militer Operasi Moshtarak ini. Abdul Wali menganggap operasi semacam ini tidak membawa perbaikan apapun bagi Afghanistan.
"Operasi semacam ini bisa dibilang masuk akal, jika pasukan asing berhasil mempertahankan wilayah yang direbut. Jika mereka di sini untuk menjaga keamanan, bekerja membangun jalan, jembatan dan sekolah. Tapi ini tidak mereka lakukan. Ini ibaratnya sebuah operasi medis, tapi setelahnya orang tidak mendapatkan obat… sampai operasi berikutnya.“
Lain halnya pendapat Sayed Gul, yang juga harus menyingkir dari Operasi Moshtarak. Bagi Sayed Gul, Talibanlah yang dapat membantu dirnya. “Taliban menyelesaikan sengketa. Mereka melindungi kami dari para penjahat. Mereka memerangi korupsi di pemerintahan. Orang asing tidak bisa melakukannya. Taliban tidak hanya berkata saja, tapi juga bertindak.“
Warga Afghanistan menilai ISAF berdasarkan keadaan tertentu serta pengalaman pribadi mereka dalam situasi perang serta pengalaman dengan pemerintahan Afghanistan. Berdasarkan jajak pendapat terbaru yang dilakukan ARD, ABC dan BBC, 40 persen warga Afghanistan mendukung kehadiran pasukan NATO di negara ini. Sementara 60 persen warga menilai, NATO tidak melaksanakan tugasnya dengan baik.
Di wilayah selatan Afghanistan, penolakan terhadap pasukan asing sangat terasa. Warga Pashtun yang religius dan tradisional menganggapnya sebagai pasukan penjajah, yang berusaha memaksakan gaya hidup asing serta pemerintahan korup kepada mereka.
Sebaliknya di wilayah utara yang lebih aman, kehadiran ISAF dianggap sebagai pelindung dari Taliban. Di wilayah utara ini, terutama bermukim etnis Tajik, Hazara serta Uzbek. Kelompok etnis inilah yang dulu berjuang melawan Taliban. Akan tetapi karena kekerasan juga meningkat di wilayah ini, citra ISAF pun turut merosot. Dan ini dapat dirasakan langsung oleh para prajurit Jerman Bundeswehr yang ditempatkan di sana.
Menurut survei yang dilakukan ARD, ABC serta BBC, hanya 43 persen saja operasi keamanan yang dilakukan Bundeswehr yang dinilai positif. Sementara 40 persen responden menilai bahwa ISAF kurang memperhatikan keselamatan warga sipil dibandingan sebelumnya. Dan hanya 31 persen responden yang secara umum menilai positif peran Jerman di Afghanistan.
[muslimdaily.net/dw-world]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar