(Info Jihad Internasional)_Sebuah demonstrasi kembali diadakan di luar Kedubes AS di London pada hari Ahad untuk menyerukan pembebasan neuroscientist Pakistan Dr. Aafia Siddiqui
Para demonstran mengatakan bahwa perlakukan terhadap Dr. Siddiqui tidak adil dalam persidangan percobaan pembunuhan di New York.
Hukuman yang ditetapkan kepada Siddiqui, yang dituduh dan dinyatakan bersalah atas percobaan pembunuhan agen AS di Afghanistan telah ditunda untuk bulan depan.
Siddiqui, 37, yang ditahan oleh polisi Afghanistan pada tanggal 17 Juli 2008, ditahan berdasarkan tuduhan bahwa ia memiliki dokumen yang berisi resep untuk senjata kimia dan bahan peledak di dalam tasnya, csnnews.com melaporkan.
Aafia Siddiqui, yang memiliki tiga orang anak dan bekas mahasiswa biologi di Institut Teknologi Massachusetts (MIT) yang elit, menghadapi dakwaan berusaha membunuh agen Amerika Serikat. Dia dituduh pihak intelejen Amerika memiliki keterlibatan dengan Al Qaeda.
Menurut keluarganya, dia menghilang sejak kembali ke Pakistan dari Amerika pada tahun 2003.
Aparat AS mengatakan Siddiqui menikah dengan keponakan pria yang "dituduh" menjadi dalang serangan 9 September, Khalid Sheikh Mohammed.
Keesokan harinya, sebuah tim dari perwira militer AS dan agen-agen FBI di Afghanistan mulai menginterogasi Siddiqui. pemerintah AS telah menuduh bahwa selama pemeriksaan silang, ia meraih senapan dan mulai menembak pada kapten Angkatan Darat, klaim yang dibantah oleh pengacara Siddiqui yang didasarkan pada argumen bahwa dia terlalu kecil dan lemah untuk meraih dan membawa senapan otomatis milik interogator AS yang sangat berat. Selanjutnya Siddiqui ditembak dibagian dadanya oleh ienterogator yang lain.
Pada tanggal 3 Februari juri dengan bulat menyatakan Siddiqui bersalah atas percobaan pembunuhan, penyerangan bersenjata, dan menggunakan dan membawa senjata api.
Pengacaranya berpendapat bahwa tidak ada bukti fisik bahwa Siddiqui telah menyentuh senjata.
"Saya tidak setuju dengan keputusan juri. Menurut pendapat saya, itu adalah salah. Tidak ada bukti forensik. Dan kesaksian saksi yang berbeda-beda. Ini bukan keputusan yang adil dan benar ... Dan pendapat saya adalah bahwa ini sebuah keputusan yang didasarkan pada ketakutan dan bukan fakta," pembela Siddiqui, Elaine Whitfield Sharp, mengatakan kepada wartawan tak lama setelah putusan juri dibacakan tanggal 3 Februari.
Organisasi hak asasi manusia mengatakan Siddiqui diculik di Pakistan bersama dengan ketiga anaknya pada tahun 2003 dan ditahan selama lima tahun oleh AS dan diinterogasi dan disiksa di penjara rahasia.
"Kami rasa ... dia menderita sementara di penjara rahasia dan disiksa selama lima tahun ketika ia menghilang. Selain itu, dia sudah dalam kurungan tersendiri selama setahun setengah saat dalam tahanan Amerika," Direktur Eksekutif International Justice Network Tina Foster mengatakan kepada Democracy Now pada tanggal 14 Februari.
"Juri diberitahu bahwa dia dibawa ke Amerika Serikat untuk menghadapi dakwaan karena ia menembaki tentara AS," kata Petra Bartosiewicz, seorang jurnalis independen yang menulis tentang Aafia Siddiqui dalam edisi November 2009 di majalah Harper's.
"Tapi apa yang mereka tidak diberitahu bahwa ia telah hilang selama lima tahun dan bahwa ketika dia hilang pada tahun 2003, dia dicurigai dalam operasi al-Qaeda Dan dia tidak pernah dituduh dalam kasus ini," tambahnya.
Dua anak-anak bungsu Saddiqui, yang saat itu berusia tiga bulan dan empat tahun ketika ditangkap dan dibawa ke tahanan, masih hilang.
Kasus Khadr
Hal lain yang menonjol dari pelanggaran hak asasi manusia dengan dalih "perang melawan teror" di Amerika melibatkan pemuda kelahiran Kanada Omar Khadr, yang baru berusia 15 tahun ketika ia ditangkap di Afghanistan dan dituduh membunuh seorang tentara AS.
Persidangan militer Khadr, tahanan Guantanamo Bay termuda, terakhir diadakan Kamis. Para pengacaranya bersikeras bahwa ia telah mengalami perlakuan yang tidak manusiawi di tangan interogator AS, termasuk ancaman tidak langsung pemerkosaan dan kematian.
Pria Kanada yang kini berusia 23 tahun, telah ditahan di kamp penjara Guantanmo, menghadapi tuduhan kejahatan perang atas tuduhan membunuh seorang tentara AS di Afghanistan delapan tahun lalu.
Pengacara Omar Khadr asal Kanada, Dennis Edney, menyatakan kemarahannya saat hakim Amerika menerima pengakuan Khadr yang didapatkan dalam keadaan di bawah penyisaan.
Dia mengaku melakukan kejahatan delapan tahun lalu saat di penjara Amerika di pangkalan udara Bagram di Afghanistan, namun kemudian mengaku tidak bersalah. Pengacaranya berpendapat bahwa pengakuan itu harus dalam keadaan tidak tersiksa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar