Negeri yang katanya kayu bila di tancapkan ke tanah menghasilkan buah untuk makan rakyatnya, tapi disana-sini kita akan sangat mudah melihat orang mati kelaparan, ibarat “ayam yang mati dilumbungnya”. Kita juga akan bisa melihat mobil-mobil mengkilat yang harganya di atas 1 milyar bersliweran dijalanan di tengah tangan mengadah pengemis dan gerobag pemulung jalanan.
Belum lama ada petugas DITJEN pajak golongan III A mempunyai tabungan 25 milyar, bandingkan dengan penghasilan rata-rata penduduk Indonesia yang banting-tulang setiap hari untuk makan saja kurang. Itu baru tabungannya belum property dan lain-lainnya yang tidak mungkin dihasilkan dengan kerja yang “normal-normal” saja.
Belum lagi gurita di belakang Gayus yang disinyalir melibatkan banyak pejabat atas negeri ini, sudahkah hati nurani mereka mati, terus melakukan kedzaliman dengan memakan uang yang disetor rakyat kepada Negara. Seolah-olah rakyat adalah sapi perah yang mudah dikibuli dan setiap saat bisa di ambil hartanya dengan cara-cara yang sangat menjijikkan.
Memang benar bila hidup ada kaya dan miskin, dan hal ini sudah digariskan untuk menjaga keseimbangan alam, tapi kemiskinan di negeri ini sangat tidak wajar dan diluar akal kemanusiaan. Karena bila di kelola dengan benar dan jujur negeri in sangat kaya dengan berbagai potensi yang di anugerahkan Allah SWT.
Hal ini banyak membuat orang-orang yang masih punya hati nurani terutama dari kalangan kaum muslimin tentunya mencoba memperbaiki negeri yang rusak, sebagian masuk kedalam system rusak itu dengan alasan untuk memperbaiki dari dalam dan sebagian tetap diluar untuk meyadarkan masyarakat tentang kebobrokan system yang dianut penguasa saat ini.
Mungkin sebagian kita bingung, langkah seperti apakah yang efektif dalam memperbaiki negeri ini, masuk kedalam system atau tetap diluar system, hal ini terus menjadi perdebatan umat yang tak kunjung usai dan sangat melelahkan.
Seandainya kita mau sedikit belajar dan membaca bagaimana Rasulullah dalam berdakwah, kita tidak akan bingung dan mudah terjebak dengan keadaan yang terjadi. Ada tiga point dalam perjuangan untuk merubah system ini tanpa harus menyerupai orang-orang kafir.
Pertama adalah penanaman Aqidah, mungkin saat Rasulullah pertama kali berdakwah beliau akan menerima tawaran kekuasaan dari kaum musyrik Mekkah, karena dengan kekuasaan beliau bisa meminimalisir korban, harta dan bahkan bisa menyelamatkan nyawa beliau dari ganguan kaum kafir, bahkan setelah berkuasa beliau bisa menyebarkan Islam dengan mudah, karena semua system dan aparat kafir Mekkah saat itu bisa beliau kendalikan, tapi tawaran yang kelihatannya menguntungkan kaum muslimin itu ditolak mentah-mentah oleh beliau.
Karena Rasulullah mengerti betul, ketika hendak merubah sebuah system tidak harus berkuasa dulu tapi dengan menanamkan kepada para pengikutnya aqidah yang kuat, karena kekuasaan tanpa didasari sebuah iman kepada pemilik kekuasaan dunia hanya akan membuat kekuasaan itu sendiri lemah.
Karena belum tentu setiap orang yang bernaung di bawah kekuasaan yang beliau terima tanpa penanaman aqidah akan langsung menerima sebuah system baru yang sangat berbeda dan bertolak belakang dengan apa yang dianut oleh masyarakat saat itu.
Kedua adalah Tarbiyah, dalam hal ini, tarbiyah bukan suatu hal yang disalah pahami oleh umat Islam kebanyakan , tarbiyah hanya menjadi tempat mangkal sebuah jama’ah, menyebarkan agenda-agenda pemenangan partai, dan sosialisasi calon pemimpin di pemerintahn sekuler, tarbiyah yang dimaksud adalah pendidikan yang berkosentrasi secara penuh dan menyeluruh tanpa ada tujuan yang lain kecuali untuk memberikan pemahaman tauhid yang benar, tarbiyah adalah implementasi dari dakwah tauhid itu sendiri.
Agar umat paham bahwa system yang di anut kebanyakan manusia sekarang ini adalah system kufur, yang bisa menjadikan umat Islam jauh dari agamanya sendiri, bukan malah menutupi dan menjauhkan pemahaman masyarakat dari tauhid yang benar.
Ketiga adalah Jihad, jihad akan terlaksana bila pemahaman umat Islam terhadap tauhid dan mendapat pengajaran tauhid yang benar dan menyeluruh, karena dari tauhid itu akan timbul sebuah pemahaman bahwa system saat ini adalah salah dan gagal untuk membawa umat manusia kedalam keadilan dan kesejahteraan, maka umat Islam dengan sadar akan merebut kekuasaan itu dari tangan-tangan orang-orang kafir untuk menerapkan syariat Allah dan menjadi rahmat untuk alam semesta.
“Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” [QS. Al Anfal :39].
Wallahu A’lam bish Showab
Redaksi MuslimDaily, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar