Seorang pejabat Israel atas menyebut konvoi bantuan kemanusiaan internasional ke Jalur Gaza sebagai tindakan provokasi.
"Pelayaran itu adalah tindakan provokatif yang tidak perlu, mengingat keadaan yang menunjukkan bahwa situasi kemanusiaan di Gaza baik dan stabil," kutip AFP dari Kolonel Moshe Levy, yang memimpin kantor koordinasi dan penghubung Israel terhadap Gaza, mengatakan pada hari Rabu.
Hal yang sangat berkebalikan dengan kondisi sebenarnya di Gaza. Sementara survei yang dilakukan oleh United Nations Development Program menunjukkan bahwa pengepungan Israel terus menerus terhadap Jalur Gaza, telah menjadi penyebab utama lambatnya rekonstruksi dan bantuan.
Penjajah Israel tidak hanya mengembargo ekonomi penduduk Gaza, tapi juga membantai mereka, sungguh ironi bila mereka menybut aksi bantuan sebagai tindakan provokatif.
Sembilan kapal dari Turki, Irlandia, Britania dan Yunani dan negara lainnya, yang disebut armada Kebebasan/flotila, berlayar untuk mencapai Gaza pada Rabu malam.
Konvoi armada kebebasan membawa ribuan ton bahan konstruksi, peralatan medis dan perlengkapan sekolah, serta sekitar 750 aktivis.
Dipastikan sekitar 50 negara akan mengikuti “Flotilla to Gaza” tahun ini. Semua persiapan semakin intensif dilakukan dan rencana pelayaran tetap akan dimulai sesuai jadwal. Saat ini seluruh partisipan pelayaran sudah berkumpul di Istanbul, termasuk tim dari MER-C Indonesia. Semua anggota Tim MER-C untuk Gaza yang berjumlah 5 orang sudah berada di Istanbul sejak Kamis siang waktu setempat, 20 Mei.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar