Senapan andalan milik tentara Amerika, yang telah menjadi andalan selama 40 tahun ini, terbukti kurang efektif digunakan di Afghanistan dalam melawan pejuang Afghanistan.
Akibatnya, Amerika Serikat mengkaji ulang kinerja senapan M-4 dan mempertimbangkan beralih ke senjata api yang lebih besar, dan mengganti senapan yang sudah digunakan militer AS sejak tahun 1960an tersebut.
M-4 merupakan versi update dari M-16, yang dirancang untuk pertempuran jarak dekat di Vietnam.
Namun dalam sebuah penelitian Angkatan Darat AS menunjukkan bahwa peluru kaliber 5.56 mm yang ditembakkan dari M-4, tidak dapat mempertahankan kecepatan untuk menargetkan sasaran lebih dari 1.000 kaki/300 meter, demikian sebuah laporan pemberitan Arab News, Jumat 21 Mei.
Di medan pertempuran Afghanistan yang berbukit-bukit seringkali pasukan koalisi pimpinan Amerika melakukan pertempuran yang cukup jauh dengan mujahidin Taliban. Dengan jarak tembak sekitar 2.000-2.500 kaki/600-800 meter.
Untuk mengatasi masalah ini, militer AS menunjuk 9 tentara dalam setiap infanteri sebagai sniper/penembak jitu, demikian keterangan mayor Thomas Ehrhart, dalam penelitian Angkatan Darat tersebut. Sniper tersebut dilengkapi senapan baru M-110 dengan peluru kaliber 7.62 mm dan diklaim akurat hingga jangkauan 2.500 kaki/800 meter.
AKan tetapi mereka tetap menggunakan m-4 untuk mengantisipasi pertempuran jarak dekat di perkampungan, yang selama ini mereka seringkali salah sasaran dan mengenai warga sipil.
Meskipun tentara penjajah AS-NATO menggunakan senjata canggih apapun, mujahidin Taliban tetap mampu melawan mereka, sebuah prestasi luar biasa dari pejuang yang menggunakan peralatan tempur seadanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar