Korban di kalangan warga sipil di pos pemeriksaan militer di Afghanistan tahun ini melonjak secara radikal, sehingga memaksa para komandan menilai dan mengevalusi kembali instruksi yang mereka berikan kepada pasukan pendudukan.
Kenaikan tajam dalam penembakan warga sipil Afghanistan yang dilakukan oleh konvoi pasukan Amerika dan NATO di pos pemeriksaan militer telah dipersalahkan, atas banyaknya kematian serta cedera yang dialami warga sipil Afghan yang disebabkan oleh pasukan pendudukan Barat, New York Times melaporkan hal tersebut mengutip pernyataan pejabat Amerika.
Pernyataan ini datang menyusul banyaknya komandan militer di dalam pasukan NATO dan militer AS yang menjuluki peristiwa dramatis tewasnya warga sipil sebagai "eskalasi insiden kekerasan."
Namun, mereka telah menerbitkan pedoman pasukan baru bagi pasukan untuk menghindari adanya kenaikan korban warga sipil. Pedoman untuk pasukan ini ditekankan pada kebutuhan untuk berkonsultasi dengan penduduk desa setempat, para pemimpin dan tetua suku dalam upaya mencegah terjadinya penembakan di pos pemeriksaan.
Sementara itu, Letnan Jenderal David Rodriguez, Komandan Pasukan Bantuan Keamanan Internasional di Afghanistan pada Komando Bersama, menjelaskan bahwa penembakan di pos pemeriksaan sebagai alasan utama meningkatnya pembunuhan terhadap warga sipil, ia menambahkan bahwa "kita sudah benar-benar harus mencari cara untuk memecahkan masalah tersebut, dan hal ini benar-benar sebuah tantangan bagi kepemimpinan pasukan AS dan merupakan tantangan bagi disiplin."
Menurut surat kabar New York Times, penembakan di pos pemeriksaan Afghanistan tahun ini telah menyebabkan sedikitnya 28 orang tewas dan 43 lainnya mengalami luka-luka, yang jumlahnya mencapai 42 persen dari total kematian warga sipil dan terluka di tangan pasukan Amerika dan NATO.
Dia juga menyatakan bahwa ada penurunan korban, akibat dari serangan udara pasukan pendudukan terhadap warga sipil Afghanistan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar