“Tolak Obama, hancurkan penjajah, tegakkan syariah dan khilafah!”
Seruan tersebut membahana dalam aksi damai (masiroh) ribuan massa Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) bertajuk “Tolak Obama Presiden Negara Penjajah” di depan Gedung Sate Bandung, Jl. Diponegoro, Kamis pagi (18/3).
Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) I HTI Jawa Barat (Jabar), Muhammad Ryan, menegaskan bahwa aksi damai tersebut dalam rangka mengingatkan umat Islam bahwa sesungguhnya Obama adalah presiden dari sebuah negara penjajah muhariban fi’lan yang terus-menerus menyerang negeri-negeri muslim seperti Irak dan Afghanistan, sehingga layak bagi masyarakat dan pemerintah menolak kehadirannya ke Indonesia.
“Bukan hanya menjajah Irak, Afghanistan, dan juga perbatasan Afghanistan-Pakistan, Amerika juga adalah pendukung utama penjajah Israel. Dia itu sosok yang kejam yang tidak beda dengan Bush. Lihatlah, jangankan mengutuk serangan terhadap Gaza, sampai sekarang tidak sedikitpun dia mengungkapkan rasa simpati terhadap para korban tragedi tersebut. Jadi, apakah sosok yang seperti itu harus kita sambut?” tandasnya saat ditemui di sela-sela aksi.
Menurutnya, jika memang Indonesia konsisten dengan UUD 1945 yang mengatakan bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan, semestinya Indonesia juga harus menentang penjajahan yang dilakukan oleh Amerika Serikat (AS), dan bentuk paling ringan dari penentangan itu adalah menolak kehadiran presiden dari Negara penjajah itu.
Sementara itu dalam orasinya, Sekjen DDII Jabar, KH. Hadiyanto A. Rohim menegaskan bahwa kedatangan Obama ke Indonesia harus ditolak karena hanya akan membawa 3M, yaitu mafsadat (kerusakan), maksiyat, dan munkarot. Orator lainnya yang merupakan tokoh masyarakat Sumedang, Ust. Acep Muhyidin juga mengingatkan bahwa selain menolak atau bahkan mengusir Obama, umat Islam juga wajib mengusir sistem yang dibawanya yaitu kapitalisme. “Bukan hanya menolak Obama, kita juga harus menolak sistem yang dibawanya yaitu kapitalisme dengan demokrasinya yang kufur. Wajib bagi kita untuk menegakkan syariah dan khilafah sebagai agenda terbesar umat Islam,” tegas Acep dengan berapi-api.
Sebelum ditutup dengan do’a, dalam aksi damai tersebut juga dibacakan pernyataan resmi HTI mengenai kedatangan Obama yang dibacakan oleh Humas HTI Jabar, Luthfi Afandi. Dalam pernyataan resminya, HTI menolak kehadiran Obama karena statusnya sebagai muhariban fi’lan. Menurut HTI, kunjungan Obama ke Indonesia juga akan semakin mengokohkan kepentingan politik dan ekonomi AS di negeri ini. Kendati Obama pernah tinggal di Indonesia dan di antara nenek moyangnya beragama Islam, HTI menegaskan bahwa hal itu tidak bias dijadikan dasar untuk mengistimewakan Obama.
Menurutnya, penilaian atas Obama harus didasarkan pada apa yang dilakukannya saat ini selama menjadi presiden AS.
Dalam aksi tersebut, HTI juga tetap menyeru umat Islam untuk bersungguh-sungguh berjuang mewujudkan kehidupan Islam di mana di dalamnya diterapkan syariah Islam secara kaaffah di bawah naungan Khilafah.
Aksi yang dimulai sejak pukul 08.30 tersebut berjalan sangat tertib dan tidak menyebabkan kemacetan. Peserta aksi bergerak mulai dari Jl. Teuku Umar, Jl. Ir. H. Djuanda (Dago), Jl. Diponegoro tepat di depan Gedung Sate Bandung, dan bubar di Pusat Dakwah Islam (Pusdai) Jabar sekitar pukul 11.30. Aksi tersebut juga diisi oleh orasi-orasi dari berbagai tokoh pesantren di Jawa Barat, antara lain, KH. Asep Sudradjat, MM dari Pesantren Ulul Albab dan KH. Muhamad Odang dari Pesantren Miftahul Inayah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar