1. Hukum Jihad
Hukumnya jihad khusus, yaitu memerangi orang-orang kafir dan orang-orang yang wajib diperangi adalah fardhu kifayah dalam arti jika telah dikerjakan sebagian kaum Muslimin maka gugur dari sebagian yang lain, karena Allah Ta’ala berfirman,
“Tidak sepatuthnya bagi orang-orang Mukminin pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (At-Taubah: 122).
Namun, jihad khusus menjadi fardhu ain bagi orang yang ditunjuk imam (khalifah) untuk berjihad, karena Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
“Jika kalian diajak berangkat jihad, maka berangkatlah.” (Muttafaq Alaih).
Begitu juga jika musuh menyerang salah satu negeri, maka jihad mengusir dan melawan mereka menjadi fardhu ain bagi seluruh penduduknya, bahkan bagi wanita.
2. Macam-macam Jihad
1). Jihad terhadap orang-orang kafir dan orang-orang yang wajib diperangi dengan menggunakan tangan, harta, lisan, dan hati, karena Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
“Perangilah orang-orang musyrikin dengan harta kalian, diri kalian, dan lisan kalian.” (Diriwayatkan Ahmad, Abu Daud dan An-Nasai. Sanad hadits tersebut shahih).
2). Jihad terhadap orang-orang fasik dengan menggunakan tangan, lisan, dan hati, karena Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
“Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, hendaklah ia mengubah dengan tangannya. Jika tidak bisa dengan tangannya, maka dengan lisannya. Jika tidak bisa dengan lisannya, maka dengan hatinya dan itulah iman yang paling lemah.
3). Jihad melawan syetan dengan menolak syubhat yang dibawanya dan meninggalkan syahwat yang dipercantik kepadanya, karena Allah Ta’ala berfirman,
“Dan sekali-kali janganlah syetan yang pandai menipu, memperdayakan kalian tentang Allah.” (Fathir: 5).
Allah Ta’ala juga berfirman,
“Sesungguhnya syetan adalah musuh bagi kalian, maka anggaplah ia sebagai musuh.” (Fathir: 6).
4). Jihad melawan hawa nafsu adalah macam jihad yang paling tinggi hingga dikatakan bahwa sebagai jihad yang paling besar.
Hadits yang mengatakan bahwa jihad melawan hawa nafsu adalah hadits dhaif (lemah) yang diriwayatkan Al-Baihaqi dan Al-Khathib dalam sejarahnya dari Jabir Radhiyallahu Anhu. Teks hadits bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tiba dari salam satu perang kemudian bersabda, “Kalian datang dengan kedatangan terbaik. Kalian datang dari jihad terkecil menuju jihad terbesar. Mujahid ialah perlawanan seorang hamba terhadap hawa nafsunya.”
3. Hikmah Jihad
Di antara hikmah jihad dengan macam-macamnya tersebut adalah agar hanya Allah Ta’ala saja yang disembah, menolak permusuhan dan keburukan, melindungi diri dan harta, menjaga kebenaran dan kadilan, menebarkan kebaikan dan akhlak mulia. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah.” (Al-Anfal: 39).
Keutamaan Jihad
Keutamaan jihad dan mati syahid di jalan Allah Ta’ala dijelaskan banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an Al-Karim dan hadits-hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang menjadikan jihad sebagai taqarrub yang paling agung dan ibadah yang paling utama. Di antara ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits tersebut adalah sebagai berikut :
Firman Allah Ta’ala,
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang Mukminin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berpegang di jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al-Qur’an. Dan Siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kalian lakukan itu dan itulah kemenangan yang besar.” (At-Taubah: 111).
Firman Allah Ta’ala,
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (Ash-Shaff: 4).
Firman Allah Ta’ala,
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kalian Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kalian dari adzab yang pedih? (yaitu) kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dn jiwa kalian, itulah yang lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahuinya. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kalian dan memasukkan kalian ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan ke tempat tinggal yang baik di surga Aden, itulah keberuntungan yang besar.”(Ash-Shaff:10-12).
Firman Allah Ta’ala tentang keutamaan para Mujahidin dan para syuhada’,
“Janganlah kalian kira orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhan mereka dengan mendapat rezki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Ali Imran: 169-170).
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah ditanya tentang manusia yang paling utama, kemudian beliau bersabda,
“Yaitu orang Mukmin yang berjihad dengan dirinya dan hartanya di jalan Allah Ta’ala, Kemudian orang yang berada di salam satu jalan di antara dua bukit untuk beribadah kepada Allah dan meninggalkan manusia dalam keburukan mereka.”(Muttafaq Alaih).
Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,
“Perumpamaan mujahid di jalan Allah dan Allah Maha Tahu dengan orang yang berjihad di jalan-Nya ialah seperti orang yang berpuasa dan orang yang qiyamul lail. Allah menjamin mujahid di jalan-Nya memasukkannya ke surga jika Dia mewafatkannya, atau memulangkannya dalam keadaan sehat bersama pahala atau rampasan perang.” (Diriwayatkan Ibnu Majah).
Seseorang berkata kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, “Tunjukkan kepadaku amal perbuatan yang sebanding dengan jihad.” Rasulullah Shallallahu Alaihi wwa Sallam bersabda, “Aku tidak menemukan.” Setelah itu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Jika Mujahid telah berangkat, dapatkah engkau memasuki masjidmu kemudian engkau qiyamul lail tanpa henti dan berpuasa terus tanpa berbuka puasa?” Orang tersebut berkata, “Siapakah yang sanggup melakukan hal tersebut. “(Diriwayatkan An-Nasai).
Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,
“Demi Dzat yang jiwakju berada di Tangan-Nya, tidaklah seseorang terluka di jalan Allah dan Allah Maha Tahu dengan orang terluka di jalan-Nya, melainkan luka tersebut datang pada hari kiamat dengan warna darah dan aromanya aroma miski (kesturi).” (Diriwayatkan Al-Bukhari).
Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam,
“Barangsiapa meninggal dunia tanpa pernah berjihad atau membinacarakan dirinya untuk berjihad, ia meninggal dalam keadaan memiliki salah satu cabang kemunafikan.” (Diriwayatkan Al-Bukhari).
Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,
“Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, seandainya tidak ada orang laki-laki dari kaum Muslimin yang hatinya tidak rela absen dariku dan aku tidak mempunyai sesuatu yang membuatku bisa membawa mereka, maka aku tidak absen dari ekspedisi perang di jalan Allah. Dan demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, aku pasti ingin terbunuh di jalan Allah, kemudian hidup lagi dan terbunuh, kemudian hidup lagi, dan terbunuh.” (Diriwayatkan Al-Bukhari).
Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,
“Tidaklah dua kaki yang berdebu di jalan Allah itu disentuh neraka.” (Diriwayatkan Muslim).
Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,
“Tidak ada seorang pun yang masuk surga kemudian ingin kembali ke dunia dan ia mempunyai sesuatu di dalamnya, kecuali syahid. Ia ingin kembali ke dunia, kemudian dibunuh sepuluh kali karena ia melihat kemuliaan di dalamnya.” (Muttafaq Alaih).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar