Pemilu untuk pemimpin kotamadya akan diadakan hari ini di Belanda. Partai Kebebasan (PVV), partai sayap kanan yang terkenal dengan Geert Wilders dan kebijakannya berpartisipasi dalam pemilu tersebut di basis-basis mereka, Almere dan Den Haag, di mana, menurut para ahli politik setempat, mereka memiliki kesempatan untuk menang.
Sebagai protes terhadap Wilders yang pernah mengajukan larangan berjilbab di gedung-gedung publik dan lembaga-lembaga, sekelompok guru dan siswa di Den Haag merekomendasikan kepada masyarakat untuk memilih partai yang membebaskan penggunaan jilbab. Rekomendasi tersebut memang menarik untuk negara sekelas Belanda yang mencintai kebebasan.
Rekomendasi tersebut disebarkan kepada masyarakat bukan untuk tindakan demonstratif, melainkan "suatu manifestasi dari kampanye kesopanan,", karena fakta yang ada di tengah-tengah masyarakat mengungkap bahwa jenis pakaian perempuan seperti jilbab tidak hanya milik perempuan Muslim, bahkan Brigitte Bardot, mantan artis dan aktivis penyayang binatang Perancis di tahun 1960-an juga mengenakan jilbab.
Hanneke Groenteman wartawan Belanda mendorong semua wanita di Belanda untuk memilih partai yang membebaskan penggunaan jilbab untuk menunjukkan sikap mereka terhadap Partai Kebebasan, yang dalam pendapatnya relevan dengan kebebasan tapi hanya dalam kata-kata saja, sedangkan dalam kenyataan mereka justru membatasi kebebasan orang lain.
Mengikuti pemilu dan memilih partai yang membebaskan penggunaan jilbab adalah bentuk protes dari para guru di Belanda terhadap kebijaksanaan PVV, begitu yang diungkap oleh wakil PVV di Eindhoven, Baydzhens.
Baydzhens berharap bahwa protes tersebut dapat membuat semua orang berpikir kembali tentang adanya "cara-cara konyol untuk melarang jilbab di Belanda pada tahun 2010." Baydzhens percaya bahwa yang dibutuhkan sekarang ini adalah menciptakan toleransi di tengah-tengah masyarakat yang bebas dan aman, dan apa yang dikehendaki Wilders akhir-akhir ini benar-benar salah .
Seorang guru muslimah dari Belanda menceritakan pengalamannya. Karena adanya larangan berjilbab tersebut, ia pernah harus berkonsultasi dengan ulama di sekitarnya dulu, apakah ia harus keluar dengan jilbab atau tidak. Alima sendiri tidak keberatan untuk memakai jilbab, tapi sayang pihak sekolahnya ternyata melarang guru untuk muncul di tempat kerja dalam bentuk seperti itu (menggunakan jilbab). Mereka mengatakan bahwa lembaga pendidikan bukanlah tempat untuk mengekspresikan suatu agama tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar